cerpen

Cerpen: Lentera Senja di Pengujung Asa

10:50:00


Griya Senja - Lagi. Ini entah sudah keberapa kalinya Melisa duduk di sebuah bangku taman yang telah usang sambil menatap senja. Pandangannya menerawang kosong seolah tak terbatas. Menanti sebuah harap yang mungkin hanya dirinya yang menganggap jika harapan itu pasti akan menjadi nyata. Setiap sore dia akan duduk termenung menatap lembayung senja, tak berkedip dan tak pernah bosan dengan ritual hariannya. Ini sudah ke 28 purnama sejak hari itu. Yach, hari di mana Melisa melepas pergi Yanto tunangannya untuk bertugas di perbatasan. Itu berarti sudah 2 tahun lebih 4 bulan Melisa selalu menunggu kedatangan Yanto di sebuah bangku taman yang telah usang.  Teguran dari keluarga, sahabat, teman bahkan tetangga tak pernah dihiraukannya. Melisa selalu menganggap mereka iri dengan kebahagiaannya. Kebersamaan dengan Yanto adalah hal yang ditunggu-tunggunya selama hidupnya. Hidupnya hanya untuk menanti Yanto kembali. Berharap Yanto akan datang dan kembali menemuinya. Memenuhi janji yang telah mereka berdua sepakati untuk hidup bersama dalam naungan cinta. Tapi sayangnya, keinginan Melisa tak akan menjadi nyata. Karena saat genap 12 purnama terlewati, tersiar kabar bahwa Yanto telah tewas di tempat tugas. Peluru yang menyasar telah menembus dadanya dan membuatnya roboh seketika. Banyak warga yang datang melayat, ikut mengantarkan ke tempat peristirahatan terakhir. Tapi Melisa tetap percaya jika Yanto akan kembali. Kembali untuk memenuhi janji yang telah mereka sepakati. 
" Lis, kenapa masih di sini?" Aku mencoba menyapanya saat suatu sore kulihat dirinya masih berada di bangku taman tersebut. Melisa hanya diam tanpa sekalipun menanggapi pertanyaanku. Sesekali ia menggumamkan kekata yang tak jelas. 
" Aku menanti Yanto". Jawabnya jelas tanpa ada rasa keraguan di dalamnya.
" Tapi Lis,...."
" Kenapa? Apa kamu akan bilang juga jika Yanto sudah meninggal seperti orang-orang kampung itu?" Melisa memotong ucapanku dengan nada sinis. Aku menelan ludah. Tak tahu mesti bicara apalagi. Aku hanya tak tega melihatnya seperti ini. Setengah kewarasannya seolah ikut menguap sejak kepergian Yanto tuangannya. 
" Aku akan tetap menantinya Na. Walau aku tahu jika dirinya tak akan kembali. Tapi bagiku dirinya masih hidup Na, masih hidup!!" Melisa berujar berapi-api. Penuh amarah dan kebencian yang membuatku menciut seketika. Itu berarti dirinya tahu jika Yanto sudah meninggal. Lantas kenapa dirinya seolah tak mau menerimanya? Tiba-tiba saja Melisa menangis, lantas tertawa sendiri. Tawa nyaring yang amat menusuk hati. 

Image by fc04.deviantart.net

You Might Also Like

0 komentar

SUBSCRIBE

Like us on Facebook