cerbung

Cerbung: Karena Kau Tlah Memilihku # 6

11:43:00


Griya Senja - Hari tengah begitu panasnya saat aku tengah duduk santai di teras rumah. Sambil sesekali merapikan anak-anak rambut yang tertiup angin, aku tak melepaskan pandangan dari buku yang aku pegang. Sampai akhirnya langkah kaki beradu dengan kerikil kecil yang bertebaran di halaman membuatku terpaksa  mengalihkan pandangan.
" Hai, sibuk?" Senyuman yang khas menyambutku saat mata kami beradu. Aku perlahan bangkit sambil menatapnya heran.
" Dari mana kamu tahu rumahku?" Aku balik bertanya. Makhluk menjengkelkan itu hanya tersenyum menatapku tanpa bermaksud menjawab pertanyaanku.
" Siapa Vay?" Suara Ibu dari dalam membuatku reflek menoleh.
" Teman Buk". Ian tertawa demi mendengar jawabanku.
" Syukurlah kalau ternyata aku dianggap sebagai teman. Itu berarti aku boleh masuk ke dalam kan?" Sambil menghela nafas pelan ku buka pintu pagar dan mempersilahkan masuk. Tapi Ian memilih duduk di teras.
" Sejuk juga di sini, pantas saja kamu betah berlama-lama di teras." Aku mengrenyitkan dahi heran. Dari mana dia tahu aku sering duduk di teras? Apakah selama ini dia mengawasiku?
" Tak perlu heran Vay, aku tahu." Ujarnya sambil tersenyum tipis.
"Ko' tamunya tidak dipersilahkan masuk?" Ibu tiba-tiba saja sudah berada di sampingku sambil membawa nampan berisi dua gelas air minum.
" Di sini lebih enak Bu, sambil cuci mata."
" Maaf Ibu belum bisa bekerja lagi Den, belum sehat betul." Aku reflek menoleh ke arah Ibu meminta kejelasan.
" Temanmu ini, Den Anton yang sering Ibu ceritakan padamu. Bilangnya dia satu sekolah denganmu. Den Anton ini anak bungsu Bu Ayu." Cerita Ibu seperti kaset yang diputar berulang di telingaku. Aku benar-benar tidak menyangka jika Ian yang selama ini aku kenal adalah Den Anton, putra Bu Ayu. Pantas saja seolah dirinya sudah begitu kenal denganku. Ternyata dia sudah tahu jika aku adalah anak salah seorang pembantu di rumahnya.
" Vay, ko' melamun?" Ian membuyarkan lamunanku. Setelah basa-basi sebentar, Ibu pamit ke
belakang.
" Aku jadi bingung sekarang, haruskah aku juga memanggilmu Den Anton atau Ian ya?" Aku mencoba mencairkan suasana yang tiba-tiba hening.
" Tak usah begitu Vay, aku tetap Ian seperti yang kamu kenal selama ini, dan tak ada status yang membedakan diantara kita."
"Tapi...,".
" Vay, sudahlah, kita bahas yang lain saja." Ian memotong ucapanku. Aku hanya diam, rasanya jadi beda saat kita mengetahui hal yang sebenarnya. Apalagi sesuatu yang tak pernah kita duga selama ini. 
" Oh ya Vay, besok bukannya ada rapat sepulang sekolah ya?"
" Iya."
" Ikutkan? soalnya harus ada 2 perwakilan dari masing-masing kelas."
" Iya."
" Vay, aku suka kamu."
" Iya, eh, apa kamu bilang??" Ian tertawa melihat reaksiku. 
" Dari tadi jawabnya iya terus, baru ganti topik baru sadar." 
" Sudahlah, sepertinya kamu tidak suka dengan kedatanganku. Aku pulang dulu ya, sampai bertemu besok di sekolah." Ian bangkit dan aku hanya mengekor di belakang. Sesampainya di luar pintu pagar, dia berhenti dan menoleh
" Apa yang barusan aku bicarakan tadi bukan bercanda Vay". Ujarnya sambil tersenyum dan melangkah pergi.

 To Be Continue

Image by kawankumagz.com

You Might Also Like

0 komentar

SUBSCRIBE

Like us on Facebook