cerpen

Cerpen: Radarku Akan Menemukanmu

09:08:00



Griya Senja - Aku menunggu. Menunggu sebuah rasa menjadi sempurna. Menanti dengan setia dan hanyut dalam rasa. Menunggu sebuah rasa menjadi sempurna. Menunggu separuh jiwa yang entah dimana adanya. Yang jelas aku menunggu. Tak letih menapaki hari. Tak jemu menghitung waktu. Mungkin sebagian orang menganggap aku gila. Menganggap aku aneh. Menganggap aku menghabiskan masa mudaku dengan percuma. Karena ketika wanita seusiaku sudah memikirkan pendamping dan menyusun masa depan membangun rumah tangga. Aku malah asyik membangun mimpiku. Mimpi yang terus aku nikmati sendiri. Layaknya senja dan hujan yang selalu aku nanti.
      “sampai kapan kamu akan seperti ini?”. Begitu pertanyaan yang pernah terlontar dari Reva salah satu sahabatku. Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaannya. Tanpa bermaksud menjawabnya. Karena mereka bukanlah aku. Jadi sejelas apapun jawabanku, dimata mereka aku tetap salah. Aku salah karena memilih jalan yang tak jelas ini. Aku salah karena membiarkan hatiku kosong tak berpenghuni.
      “aku masih punya Allah Va, jadi kamu salah jika menganggap hatiku kosong tak berpenghuni”. Begitu kilahku saat Reva memojokkan aku dengan kalimatnya yang bertubi-tubi.
     “itu bukan jawaban yang logis Din, Allah itu tetap ada. Dan tidak bisa diganti dengan apapun. Yang aku maksud seseorang yang bisa menemani kamu, jadi pendamping dalam hidupmu”.
Aku hanya terdiam. Tak bermaksud mengelak dan membela diri. Aku tak mau hanya gara-gara masalah ini aku dan Reva sampai bertengkar. Aku menghela nafas panjang, mencoba menetralisir perasaan agar tidak terpancing emosi yang ujung-ujungnya akan membawa penyesalan diri. Entah harus dengan cara apa aku melukiskan perasaanku saat ini? Agar mereka mengerti dan menyadari. Rasa yang aku nanti belum jua ku temui. Tak jua pada diri Roni, pemuda santri yang sekarang sudah diangkat menjadi pegawai negeri, atau Andy yang katanya pengusaha sukses yang mandiri, atau Doni yang seorang putra kyai.
       Cinta itu terletak dihati. Ketika rasa itu tak ada disana, haruskah aku tetap menjalaninya?? Ku tatap rintik hujan diluar sana. Kunikmati suaranya. Suara yang selalu membuat aku merasa nyaman. Dan aromanya yang selalu membuat aku merasa terpikat. Mengalahkan rasa-rasa yang bagai tersekat.
Ku pejamkan mata. Ku coba menyadari, jika rasa setia pada kesendirian ini suatu saat pasti akan ku akhiri. Ketika aku bisa menemukan rasa itu. Lewat radarku.

Image by 3.bp.blogspot.com

You Might Also Like

0 komentar

SUBSCRIBE

Like us on Facebook