cerpen

Cerpen: Cinta pun Terjawab Sudah

10:18:00



Griya Senja - Hari ini Gisel ulang tahun. Sebuah pesta telah dipersiapkan untuk menyambut usianya yang ke 25 tahun. Undangan telah disebar dan tinggal menunggu beberapa jam lagi sebelum pesta dimulai. Aku mematut-matut diri di depan cermin. Mencoba beberapa gaun untuk aku kenakan di pesta ulang tahun Gisel. Dan sudah 5 gaun aku coba tapi belum ada yang bisa membuatku merasa cocok untuk mengenakannya. Dengan malas kuhempaskan tubuh di kasur. Rasa bete menjalar dan membuat moodku tetiba berubah. 
" Aku mencintainya Ra". Suara Gisel kembali terngiang dalam telingaku. 
" Aku mencintainya sejak lama, saat Yoga baru saja pindah dari Bandung. Aku telah mencintainya sejak awal meskipun aku baru melihatnya dan belum mengenal lebih jauh". Gisel menjelaskan perasaannya padaku saat kita tengah berada di taman depan rumahku. Aku yang saat itu tengah menyirami bunga hanya mampu mendengarkan dalam diam tanpa bermaksud menyela ucapannya. Dari sudut mataku bayangan Gisel kutangkap tengah terpekur di atas saung, pandangannya menerawang sambil menggantungkan kakinya ke luar. Perlahan kuraba dadaku, ada rasa ngilu di sana. Tapi bagaimana harus aku ceritakan pada Gisel jika aku dan Yoga sudah menjalin hubungan sejak lama. Bahkan sebelum Yoga pindah dari Bandung. Karena kami sudah dijodohkan sejak kecil. Lalu bagaimana aku jelaskan semua itu pada Gisel? Karena selama ini aku tak pernah menceritakan apapun pada Gisel tentang hubungan ini.
" Aku ingin kamu membantuku mendapatkanya Ra, mau kan?" Tanyanya saat itu. Aku terdiam tak mampu berkata apa-apa. 
" Ra, menurutmu apakah Yoga sudah punya pacar?" Gisel kembali bersuara, tapi aku lagi-lagi hanya diam. Betapa aku ingin bilang jika aku adalah pacarnya, tapi bibirku terasa bungkam. Entah kenapa aku tak bisa melihat raut muka kecewa dari wajah Gisel saat dia tahu akulah tunangan Yoga. Tapi apa yang harus aku lakukan? Tak mungkin kulepas Yoga dan mengatasnamakan persahabatan. Yoga adalah hidupku. Sudah 5 tahun kami menjalani hubungan ini. Berjanji tak mengorbankan cita-cita karena perjodohan ini. Meskipun jarak kita jauh, tapi kita mampu melewatinya. Sampai akhirnya Yoga memutuskan kuliah di Jogja hanya untuk bisa lebih dekat denganku. Dan sekarang, Gisel mengungkapkan perasaannya tentang Yoga dan berharap Yoga akan mengerti perasaannya. Aku mengela nafas dan terus memandangi langit-langit kamar. Suara ketukan di pintu membuatku beranjak.
" Belum siap?" Yoga dengan senyumnya yang khas tengah berdiri di depan kamarku. Penampilannya selalu saja berhasil menyihirku dengan sempurna. Kemeja lengan pendek warna putih dipadukan dengan celana denim. Tak lupa jam tangan melingkar di pergelangan tangannya.
" Malah bengong". Yoga kembali bersuara sehingga membuatku tersadar.
" Eh, eng, iya. Nanti, kan masih 3 jam lagi". Aku berjalan melewatinya menuju ruang makan.
" Kamu kenapa? Sepertinya tengah memikirkan sesuatu". Yoga menarik salah satu kursi dan duduk. Aku kembali berfikir tentang Gisel. Bagaimana aku jelaskan padanya? Tentang Gisel yang ternyata menyimpan rasa padanya, tentang Gisel yang........"
"Dor!!" Yoga memutus imajiku.
" Rara, jika kamu ada masalah cerita saja, siapa tahu aku bisa membantu. Jangan seperti ini, lihatlah, wajahmu sudah seperti zombie sekarang". Aku cemberut mendengar ledekannya.
" Ga".
" Ya "
" Aduh, bingung aku ngejelasinnya". Aku menutup muka dengan kedua tanganku.
" Kenapa mesti bingung?"
" Jadi gini, Rara selama ini bete saat tahu aku mencintai Yoga". Tetiba suara yang aku kenal berjalan ke arahku. Reflek aku membuka ke dua tanganku dan mendapati Gisel tengah cengar-cengir dari dapur sambil menenteng toples berisi keripik kentang.
" Lho, Gisel, ko'?" Aku tak bisa meneruskan ucapanku. Saat ini pikiranku tengah dipenuhi pertanyaan-pertanyaan tentang Gisel. Saat aku tersadar, mereka berdua tengah tertawa melihat ekspresiku. Yach, selama ini Gisel sengaja mengerjaiku. Dia telah bekerja sama dengan Yoga untuk mencari tahu bagaimana reaksiku saat tahu ada seseorang yang mencintai Yoga. Karena selama ini aku dikenal begitu cuek dan tak pernah mengumbar rasa cintaku pada Yoga. Dan mereka berhasil membuatku kelabakan beberapa bulan belakangan ini. Gisel memelukku erat.
" Maaf sayang, aku terpaksa melakukan ini. Dan, maaf juga tentang cerita-ceritaku. Aku tidak akan mengambil Yoga darimu". Ujarnya sambil tersenyum.
" Kamu yang ulang tahun, kenapa aku yang dikerjai?" Protesku. Gisel tertawa renyah.
" Sudah siap ke pesta Gisel kan?" Yoga dari seberang meja mengerlingkan mata ke arahku. Perlahan hawa panas menjalar ke pipiku. Malu tahu?!!

Image by img.hipwee.com

You Might Also Like

0 komentar

SUBSCRIBE

Like us on Facebook