cerbung

Cerbung: Karena Kau Tlah Memilihku # 5

11:39:00


Griya Senja - " Panggil saja saya Andre". Jawaban dari Pak Andre beberapa hari yang lalu masih terngiang-ngiang dalam telingaku. Entahlah, aku sendiri tak tahu apa yang tengah terjadi padaku. Apakah aku benar-benar telah terhipnotis padanya? Ataukah ini hanya emosi sesaat seperti yang sudah-sudah? Hanya sekedar mampir lalu kemudian menghilang seiring berjalannya waktu. Aku berfikir memang begitu. Yach, semoga saja.
" Vay, boleh gabung?" Suara laki-laki yang tanpa aku menoleh pun dapat menebaknya menganggu imajiku. Yach, Ian. Akhir-akhir ini dirinya sering menemuiku. Entah yang hanya duduk diam tanpa pedulikan sekitar termasuk aku, bahkan sampai bicara panjang lebar dengan gayanya yang sok akrab itu. Aku menatapnya sekilas tanpa bersuara dan kemudian sibuk dengan buku di tanganku. Sebenarnya tanpa minta ijin dariku pun Ian dengan mudah dapat duduk di bangku sebelahku. Karena ini adalah daerah kekuasaanya bukan? Karena sepertinya tak ada yang berani menolak permintaannya. Bahkan jika aku menolak sekalipun dirinya akan tetap duduk seperti waktu itu. Jadi, pertanyaannya barusan adalah basi-basi yang memuakkan. Dan bodoh jika aku mesti menjawabnya ya ataupun tidak.
" Kenapa kamu selalu cuek padaku Vay?" Tanyanya sambil merebut buku dari tanganku. Percuma aku berusaha merebutnya, jika endingnya bisa dengan mudah tertebak siapa yang menang dan yang kalah. Aku menghela nafas panjang sembari membetulkan letak resleting jaketku. Udara yang dingin karena musim hujan yang belum berhenti membuatku menikmatinya sekaligus tidak. Menikmati karena sejatinya aku memang suka hujan, dan masalahnya aku gampang sakit jika terkena hujan. Sungguh perpaduan yang menjengkelkan bukan?
" Vay, aku ngomong sama kamu!!" Nada suara Ian yang meninggi mengagetkan lamunanku.
" Kamu kenapa sich, jika ngomong tak bisa pelan? Tak perlulah pake acara teriak-teriak seperti itu." Jawabku ketus. Ian malah tersenyum demi mendengar jawabanku.
" Kenapa tersenyum? Ada yang lucu?"
"Iya, kamu!!" Jawabnya dengan nada tinggi lagi. Aku bangkit berdiri dan hendak meninggalkan makhluk menjengkelkan ini. Namun dengan sigap tanganku diraihnya dan didudukan kembali.
" Aku kan di sini menemanimu belajar, kenapa ditinggalkan?" Ucapnya dengan ekspresi datarnya.
" Ian!! Bisa tidak kamu sehari tak mengangguku? Masih banyak anak-anak yang lain yang tentunya lebih senang dengan kehadiranmu."
" Berarti kamu tidak suka dengan kehadiranku?"
" Tidak!!".
" Owh,, hahahahaha,,, sayangnya aku suka dengan kehadiranmu. Jadi jangan salahkan aku jika setiap hari aku akan menemuimu. Tapi ingat, jangan coba-coba pindah tempat, mengerti?" Ian berkata sambil mendekatkan wajahnya padaku. Reflek aku menarik tubuhku ke belakang.
" Kamu mengancamku?"
" Tergantung bagaimana dirimu mengartikannya Vaya Setya Adidarma." Aku mendengus sebal mendengar penuturannya. Ian memang makhluk yang paling menyebalkan. Sangat. Tapi sepertinya aku tak akan bisa lepas darinya. Dan sepertinya dugaanku benar.

To Be Continue

Image by kawankumagz.com

You Might Also Like

0 komentar

SUBSCRIBE

Like us on Facebook